LANDASAN
DAN KURIKULUM PEMBELAJARAN TEMATIK DI MI
Makalah
ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Tematik”
Disusunoleh:
Dwi
Lestari (210609058)
DosenPengampu:
Kurnia
Hidayati, M. Pd.
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PONOROGO 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
salah
satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum
berbasis kompetensi di sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah
tematik. Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak
karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih
aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi
peserta didik. Dengan pembelajaran tematik ini diharapkan pembelajaran lebih
berkesinambungan dan tidak berdiri sendiri.
Dalam makalah
ini akan dibahas beberapa landasan dan kurikulum yang dapat digunakan dalam
pembelajaran tematik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Landasan Yuridis Pembelajaran
Tematik
Landasan yuridis bagi pembelajaran
tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.[1]
Landasan yuridis tersebut antara lain adalah:
1. Dalam undang-undang No. 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya. Sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-undang ini digunakan
karena dengan menggunakan pembelajaran tematik, dapat mengoptimalkan pendidikan
dan pengajaran anak didik sejak dini sehingga dapat memenuhi tuntutan global dan
disesuaikan dengan tingkat kecerdasan serta kebutuhan siswa. Selain itu, pembelajaran
tematik juga mampu menggali bakat dan potensi anak yang memungkinkan pembelajarannya
bisa lebih bermakna dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak (goldenage).[2]
2. Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (Bab V Pasal 1b)
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya[3].
Undang-undang ini cocok digunakan sebagai landasan yuridis
pembelajaran tematik karena pembelajaran tematik dapat mewadahi kebutuhan belajar
anak yang diintegrasikan dengan bakat dan minat siswa disemua sekolah atau satuan
pendidikan dan tak terkecuali para siswa-siswi yang kurang beruntung atau kurang
mampu secara finansial.
B.
Kurikulum Yang Digunakan Dalam
Pembelajaran Tematik
Model
kurikulum pembelajaran terpadu menurut beberapa ahli kurikulum menyatakan bahwa
yang termasuk di dalam pembelajaran tematik meliputi pengorganisasian dan
klasifikasinya.
1. Pengorganisasian
Kurikulum
Pengorganisasian
kurikulum pembelajaran tematik merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau
lebih sedemikian hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh, dan dalam aplikasi
pada kegiatan pembelajaran diharapkan dapat menggairahkan proses pembelajaran
serta pembelajaran menjadi lebih bermakna karena senantiasa mengaitkan dengan
kegiatan praktis sehari-hari sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pengertian kurikulum menurut Soedjadi dalam Darwin (2001) menyatakan bahwa
kurikulum adalah sekumpulan pokok-pokok materi ajar yang direncanakan untuk
memberi pengalaman tertentu kepada siswa-siswi agar mampu mencapai tujuan.
a. Separated
Subjeck Curriculum
Tipe ini bahan
dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, di dalamnya antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan
tidak mempunyai kaitan sama sekali. Contoh yang paling sering ditemui dalam
dunia pendidikan adalah kurikulum yang biasa diterapkan pada sekolah menengah.
Pelajaran geografi, sejarah, matematika, bahasa indonesia, biologi, fisika dan
pelajaran yang lain diajarkan secara terpisah sesuai dengan kajian bidang ilmu
masing-masing
b. Correlated
Curriculum
Correlated curriculum
adalah suatu bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan cirri
(karakteristik) tiap bidang studi tersebut. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan
bidang study sejarah, ekonomi, geografi dan sejenisnya kedalam mata pelajaran IPS.
Model kurikulum ini cocok bila diterapkan pada SD/MI kelas tinggi yang sudah mampu
berpikiran lebih tinggi dari pada anak SD/MI kelas rendah, selain itu juga untuk
memudahkan siswa-siswi SD/MI kelas tinggi untuk mempersiapkan ujian kelulusan mereka dan mendewasakan pikirannya.
Hubungan (korelasi)
antar mata pelajaran tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
Ø Incidental,
artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan
mata pelajaran yang lainnya.
Ø Hubungan
yang lebih erat. Misalnya, suatu pokok permasalahan yang diperbincangkan dalam
berbagai bidang studi.
Ø Batas
mata pelajaran disatukan dan difungsikan, yaitu dengan menghilangkan batasan
masing-masing mata pelajaran tersebut, disebut dengan Broad Field.
c. Integrated
Curriculum
Secara istilah,
integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari
dua objek atau lebih (Wedawaty (1990) dalam Darwin (2001). Hal ini sejalan
dengan pengertian yang dikemukakan oleh Poerwardarminta (1997), integrasi
adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.
Dalam integrated
curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu,
misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu
pada topik tertentu. Apa yang disajikan di sekolah, disesuaikan dengan
kehidupan siswa-siswi di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum semacam ini
dilaksanakan melalui pelajaran unit, dimana suatu unit mempunyai tujuan yang
mengandung makna bagi siswa-siswi yang dituangkan dalam bentuk masalah. Untuk
memecahkan masalah, pebelajar diarahkan untuk melakukan kegiatan yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Integrated Curriculum
menurut Nurdin, S, dan Usman, B.M, memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan dan manfaatnya yaitu:
Ø Segala
permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat.
Ø Sangat
sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar-mengajar.
Ø Memungkinkan
adanya hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
Ø Sesuai
dengan ide demokrasi,
Ø Penyajian
bahan disesuaikan dengan kesanggupan (kemampuan) individu, minat, dan
kematangan siswa-siswi baik secara individu maupun secara kelompok.
Sedangkan kelemahan
integrated curriculum ini adalah:
Ø Guru
tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini.
Ø Organisasinya
tidak logis dan kurang sistematis.
Ø Terlalu
memberatkan tugas-tugas guru.
Ø Kurang
memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum.
Ø Siswa-siswi
dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum
Ø Sarana
dan prasarana yang kurang memadai yang dapat menunjang pelaksanaan kurikulum
tersebut.
2. Klasifikasi
Pengintegrasian Tema
Menurut Fogarty (1991),
jika dilihat dari segiklasifikasi pengintegrasian
tema atau materinya terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu yaitu the
fragmented model, the connected model, the nested model, the sequenced model, the
shared model, the webbed model, the threaded model, the integrated model, the immersed
model dan the
networked model. Kemudian secara umum dari
kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut dikelompokkan lagi menjadi tiga klasifikasi
pengintegrasian kurikulum antara lain:[5]
a. Pengintegrasian
di dalam satu disiplin ilmu (interdisiplin ilmu)
Dalam
model pembelajaran ini yang ditautkan adalah dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun.
Contohnya pada bidang ilmu sosial, menautkan antara dua tema dalam sejarah dan
geografi yang memiliki relevansi. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa model ini
sifat perpaduannya hanya dalam satu rumpun bidang studi.
b. Pengintegrasian
beberapa disiplin ilmu (antar disiplin ilmu)
Model
pembelajaran ini menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda. Contohnya antara tema
yang ada dalam ilmu social dengan bidang ilmu alam. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dalam model ini suatu tema tersebut dapat dikaji dari dua sisi
bidang ilmu yang berbeda (antar disiplin ilmu).
c. Pengintegrasian
di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu (multi disiplin ilmu)
Model
pembelajaran ini merupakan gabungan dari dua model pengintegrasian yang telah dibahas
sebelumnya. Model ini menautkan antar bidang ilmu yang serumpun maupun bidang ilmu
yang berbeda. Misalnya tema kebersihan yang dalam pengajarannya dapat dihungkan
dengan bidang studi agama, teknologi, matematika, ilmu social maupun ilmu alam.
Dengan begitu semakin mudah dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa,
hal ini dikarenakan pada dasarnya tak ada satu pun permasalahan yang dapat ditinjau
hanya dari satu sisi saja dan hal inilah yang menjadi prinsip utama dalam pembelajaran
terpadu.
BAB
III
KESIMPULAN
1. Landasan yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan atau
peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal
9). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal
1-b).
2. Model
kurikulum pembelajaran terpadu meliputi pengorganisasian dan klasifikasinya,
3. Pengorganisasian
kurikulum pembelajaran tematik ada tiga tipe kurikulum, yakni separated subject
curriculum, correlated curriculum dan integrated curriculum.
4. Terdapat
sepuluh model pembelajaran terpadu, dan secara umum dari kesepuluh model
pembelajaran terpadu tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga model
klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yakni:
Ø Pengintegrasian
di dalam satu disiplin ilmu (interdisiplin ilmu),
Ø Pengintegrasian
beberapa disiplin ilmu (antar disiplin ilmu), dan
Ø Pengintegrasian
di dalam dan beberapa disiplin ilmu (multi disiplin ilmu).
DAFTAR
PUSTAKA
http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/pengertian-landasan-dan-karakteristik.html diakses 3/03/2012 jam 16.30
http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/landasan-dan-kurikulum-tematik
diakses 3/03/2012 jam 16.15
Paket 2 LAPIS, Landasan dan Kurikulum
Pembelajaran Tematik.
[1]
Paket 2 LAPIS, Landasan dan Kurikulum Pembelajaran Tematik. 2-9
[2] http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/landasan-dan-kurikulum-tematik
diakses 3/03/2012 jam 16.15
[3] http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/pengertian-landasan-dan-karakteristik.html diakses 3/03/2012 jam 16.30
[4] Paket 2
LAPIS, Landasan dan Kurikulum Pembelajaran Tematik. 10-13
[5] http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/landasan-dan-kurikulum-tematik diakses 3/03/2012 jam 16.15
4 komentar:
Ukhti Dwi,, Menurut sampean, Apakah Separated Subjeck Curriculum cocok dengan pembelajaran Tematik????
Menyambung pertanyaannya intan, apabila itu cocok, diantara 3 tipe ini,separated subject curriculum, correlated curriculum dan integrated curriculum, mama yg pling baik menurut sampen???
mbak Dwi... menambah pertanyaan: tolong jelaskan perbedaan antara pengorganisasian kurikulum dengan klasifikasi pengintegrasian kurikulum!!
dari ketiga tipe kurikulum yang telah saudara jabarkan diatas manakah menurut anda tipe kurikulum yang cocok dengan pembelajaran tematik ?
Posting Komentar